Mengenal Maharaja 48, Band Rock Asal Depok (1) : Hapus Stigma Negatif Musik Rock di Masyarakat


Mengenal Maharaja 48, Band Rock Asal Depok (1) : Hapus Stigma Negatif Musik Rock di Masyarakat

 

 

BERBINCANG : Pendiri Band Maharaja 48, Amar Maruf sedang berbincang dengan Radar Depok, di ruang kerjanya, di Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan Politik Pelopor Bangsa. Ist

Musik rock kerap mendapat stigma negatif dari masyarakat, lantaran musiknya yang keras dan gaya urakan dari personel band rock maupun fans dari band rock itu sendiri. Akan tetapi, stigma itu akan berubah jika masyarakat tahu di Depok ada sebuah band rock yang menyajikan musik keras asal barat itu menjadi sebuah musik yang dapat membangkitkan nilai sosialisme, patriotisme, nasionalisme, hingga rohani pendengarnya. Namanya Maharaja 48.

Laporan : Indra Abertnego Siregar

RADARDEPOK.COM, Sebuah gedung bernuansa merah puitih bertengger di samping Fly Over Arif Rahman Hakim. Gedung ini merupakan bangunan Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan Politik Pelopor Bangsa. Tempat penetasan calon ahli hukum masa depan ini berlokasi di Jalan Arif Rahman Hakim Nomor 3, Kelurahan Beji, Kecamatan Beji.

Siapa yang menyangka, jika di dalam gedung milik Yayasan Cipta Cerdas Bansa ini ada seorang personel ban rock Maharaja 48. Radar Depok berkesempatan menemui salah seorang persnonel sekaligus pendiri band tersebut yang bernama Amar Maruf di ruang kerjanya, di lantai dua gedung Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan Politik Pelopor Bangsa.

Ketika menjelajah ke dalam gedung sambil menuju ruangan Amar, akan tampak sejumlah kegiatan renovasi bangunan gedung di setiap lantainya. Yang menarik perhatian, sekolah ini juga memiliki fasilitas pendidikan hukum yang lengkap, tak kalah dengan Univrerstias ternama di Depok. salah satu fasilitas yang ada di sana adalah ruangan peradilan semu (Moot Cort). Keberadaan ruangan ini menandakan jika sekolah ini merupakan tempat yang bonafit dalam meraih gelar Sarjana Hukum, karena di dalam ruangan peradilan semu itu, mahasiswa bisa mempraktikkan tata cara peradilan di semua jenis pengadilan di Indonesia.

Selesai berkeliling, akhirnya sebuah lorong mengantarkan Radar Depok menemukan ruang kerja Amar. Ketika sebuah pintu yang berada di ujung lorong di buka, tampak Amar sedang berbincang dengan koleganya melalui gawai yang ada di genggamannya.

Lagi dan lagi, mata akan dimanjakn dengan suasana yang yaman di ruang kerja Amar yang begitu lega, sekaligus disuguhkan pemandangan ikan Arwana Super Red yang melenggak lenggok indah di akuarium berukuran cukup besar.

Jika diperhatikan melalui penampilannya, orang mungkin tidak menyangka jika Amar Maruf adalah seorang rocker. Betapa tidak, saat ditemui Radar Depok, amar berpakaian sangat rapih mengenakan seragam kemeja putih berlogokan DPD RI lengkap dengan ID Cardanya.

Namun, jika mendengar timbre suaranya yang berat cenderung serak saat berbicara, tidak dipungkiri jika dia cocok untuk melantunkan lagu – lagu rock.

Beberapa menit kemudian, Amar menyelesaikan pembicaraannya di gawai. Dia memberikan sambutan hangat diiringi senyuman ramah, namun tidak meninggalkan aura gahar selayaknya rock star.

Usut punya usut, Amar Maruf adalah pemilik Sekolah Tinggi Ilmu Hukum dan Politik Pelopor Bangsa, maka tidak heran dia berada di ruangan yang cukup megah di gedung tersebut.

“Saya sebagai Ketua Yayasan Cipta Cerdas Bangsa, tapi kebetulan saya juga hobi musik makanya saya bentuk band Maharaja ini,” kata Amar memperkenalkan dirinya.

Dampak pandemi yang masuk ke Indonesia diawali di Kota Depok membuat aktivitasnya banyak terhambat. Program – program pencegahan kerumunan masyarakat yang dilakukan Pemerintah saat itu tak ayal membuatnya cukup jenuh, maka lahir lah ide untuk membentuk sebuah grup band.

“Maharaja itu terbentuk awal pandemi, kira – kira Maret 2020. Jujur aja saya bikin band ini gara – gara sempat nganggur karena larangan keluar rumah,” ucap pria yang juga menjabat sebagai Staf Ahli Ketu DPD RI ini.

Lagu pertama yang diciptakannya untuk Band Maharaja berjudul Tak Mencari Mati. Lirik lagu ini lahir dari keperihatinnya atas kesadaran masayrakat yang masih kurang dalam menjalankan protokol kesehatan dan anjuran pemerintah untuk di rumah saja saat pandemi baru masuk ke Indonesia.

“Saya itu biasanya bikin sebuah lagu berdasarkan isu yang sedang ramai. Nah waktu itu kan Pemerintah sempat kewalahan yang mengimbau masyarakat agar menaati protkol kesehatan, makanya saya ciptakan lagu Tak Mencari Mati ini. sebab teman – teman saya saat itu punya doktrin tidak takut mati. Kita memang gak boleh takut mati, tapi jangan mencari mati juga dengan melanggar aturan Pemerintah. Kira – kira itu lah inti dari lagu yang saya ciptakan,” tutur pria berkulit sawo matang ini.

Band Maharaja 48 ini memiliki enam orang personel yang berisikan Amar Maruf sebagai vokalis sekaligus gitar, Leon pada gitar, David pada gitar, Madi Drumer, dan Dani Bas, serta ada seorang backing vocal.

“Konsep personel Maharaja 48 ini seperti Iron Maiden, jadi kita pakai tiga gitar. Karena saat manggung pakai tiga gitar distorsinya lebaih tebal. Jadi total kita ada enam orang personel,” bebernya.

Walau mempunyai format personel seperti Iron Maiden, akan tetapi Maruf mengaku jika aliran band mereka terinspirasi dari Band Metallica. Maka tidak heran jika penulisan font Maharaja 48 dibuat mirip dengan penulisan Metallica.

“Saya ini gak cinta sama Metallica, tapi sudah gila sama Metalicca, saking gilanya, rumah saya semuanya banyak perabotan atau interior yang berkaitan dengan Metallica,” ucapnya sembari terbahak.

Dia mengaku jika pemilihan genre Rock dalam aliran musik Maharaja 48 tak lepas dari kecintaanya akan musik heavy metal. Meskipun dia tau konsekwensi yang akan dihadapi dengan mengusung aliran musik keras ini, dia optimis Maharaja dapat mengisi relung hati setiap pendengar lagu – lagu mereka.

“Saya persetan dengan stigma orang tentang musik rock yang dibilang urakan lah, brengsek lah, narkobalah, saya tepis semua itu. kenapa, karean musik rock itu bagian dari pemberontakan jiwa yang diapliaksikan melalui distorsi gitar dan ketukan drum yang powerfull. Jadi saya gak sependapat sama stigma masyarakat, karena saya sendiri tidak mengalami seperti yang distereotipkan masyarakat, Alhamdulillah sampai sekarang saya bersih,” katanya.

Untuk menjawab keraguan masyarakat, maka Maharaja ini mengusung tema sosial, nasionalisme, patriotisme, hingga religi dalam setiap lagunya. Hangga saat ini, sudah ada 20 lagu yang diciptakan Amar untuk Maharaja Band.

“Kita memang mengusung heavy metal, tapi gak mutlak, ada juga yang rock ballad, karena kan gak mungkin lagu religi musiknya heavy metal,” tuturnya seraya kembali tertawa. (bersambung)

Editor : Junior Williandro